PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN DEBAT

Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif, oleh karena itu kita harus terampil berbahasa supaya komunikasi berjalan lancar. Suatu komunikasi dikatakan berhasil kalau pesan yang disampaikan pembicara atau penulis dapat dipahami penyimak atau pembaca persis sama seperti yang dimaksudkan pembicara atau penulis tersebut.
Keterampilan berbahasa ada empat yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan sehingga menjadi catur tunggal. Berbicara merupakan  proses berpikir dan bernalar agar pembicaraan seseorang dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh orang lain atau penyimak. Keterampilan berbicara mempunyai kaitan erat keterampilan mrenyimak. Keduanya merupakan satu kesatuan yang padu. Seseorang dapat berbicara dalam arti menanggapi tuturan dari orang lain tentu melalui menyimak dan sebalikanya seseorang dapat melakukan kegiatan menyimak apabila ada orang yang berbicara.
Pencapaian tujuan belajar tercermin dari kemampuan belajar siswa yang dituangkan dalam bentuk nilai dan ketrampilan yang dimiliki oleh siswa dalam mata pelajaran yang bersangkutan. Melalui kemampuan yang diraih oleh siswa kita dapat mengetahui kadar penguasaan kompetensi dari mata pelajaran yang diberikan. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (1996:120), bahwa indikator yang banyak dipakai sebagai tolok ukur keberhasilan adalah daya serap. Daya serap yang dimaksudkan adalah daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan untuk mencapai prestasi yang tinggi., baik secara individu maupun kelompok atau kolektif. Kemampuan yang baik tentunya diperoleh dengan dukungan berbagai faktor.
Dalam pembelajaran keterampilan berbahasa saat ini lebih di tekankan pada fungsi bahasa artinya bahasa sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan keterampilan siswa berkomunikasi dan fungsi utama sastra sebagai sebagai penghalus budi, peningkatan rasa kemanusiaan, kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi budaya, serta penyalur gagasan, imajinasi dan ekspresi secara kreatif dan konstruktif baik secara lisan maupun tulis. Kemampuan atau keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan gagasan pendapat dan perasaan pada pihak lain secara lisan. Ketepatan mengungkapakan gagasan pendapat dan perasaan dipengaruhi oleh penggunaan bahasa yang efektif, tepat dan  sesuai dengan kaidah ketatabahasaan  yang berlaku.
Keterampilan berbicara sangat berperan dalam kehidupan manusia di lingkungan sekolah, kerja, pergaulan, dan bermasyarakat. Peran penting penguasaan keterampilan  berbicara sangat tampak di semua lingkungan . hampir dapat dipastikan setiap orang yang sukses pasti memiliki kemampuan berbicara yang baik. Hal itu terjadi karena memang berbicara merupakan hal yang sangat penting dalam pencapaian cita-cita. Seorang presiden pastilah orang yang pandai dalam berbicara, seorang pemuka agama pastilah juga mempunyai kemampuan berbicara yang baik, seorang guru pun dituntut untuk dapat berbicara dengan baik agar siswa dapat menerima pelajaran dengan baik.
Kesulitan pokok yang dihadapi siswa dalam berbicara adalah menghubungkan berbagai ide yang dimiliki untuk membangun suatu pemahaman dan penyampaian yang baik dan menarik. Kesulitan yang dialami siswa dalam berbicara dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor pada diri siswa yaitu pemahaman siswa masih kurang terhadap keterampilan berbicara, dan sikap siswa yang  meremehkan kegiatan berbicara. Selain itu, faktor guru juga sangat berpengaruh khususnya dalam proses pembelajaran. Melihat pentingnya kemampuan berbicara dalam kehidupan sehari-hari tentulah dalam membelajarkan kemampuan berbahasa aspek berbicara diperlukan metode dan atau  model pembelajaran yang bervariasi. Kevariasian ini dilakukan untuk menemukan model yang paling cocok doterapkan pada siswa tertentu dan dalam kondisi tertentu pula. Salah satu model pembelajaran yang mungkin dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak adalah model pembelajaran debat.

Model pembelajaran debat merupakan model pembelajaran berbicara yang tidak hanya monoton satu arah. Model pembelajaran debat mengarahkan siswa untuk berbicara dengan beradu argumen dari dua kelompok yang telah disetting untuk selalu beda pendapat, kelompok pertama diminta untuk selalu setuju ( kelompok pro ) terhadap masalah yang diberikan sedangkan kelompok yang kedua diminta untuk selalu tidak setuju ( kelompok kontra ) terhadap masalah yang diberikan. Dalam pelaksanaanya dua kelompok tersebut akan mempertahankan pendapatnya sesuai apa yang telah di setting.
Lebih jelasnya pembelajaran model Debat dilakukan dengan pemberian materi berupa masalah yang sedang hangat dibicarakan saat itu. Pertama-tama masalah yang akan diperdebatkan dibacakan dengan pemberian beberapa ilustrasi yang sudah terjadi, kemudian siswa yang telah dibagi menjadi dua kelompok diminta untuk memberi tanggapan, pertama kelompok kontra diberi kesempatan untuk menolak atau tidak setuju dengan ilustrasi yang diberikan dengan memberikan alasan-alasan yang logis dari berbagai sudut pandang. Setelah itu kelompok pro diminta untuk menyanggah apa yang telah disampaikan oleh kelompok kontra juga dengan pemberian alasan-alasan yang logis. Proses debat tersebut dilakukan secara terus menerus sehingga siswa benar-benar berfikir semaksimal mungkin kemudian mengungkapkanya di depan forum. Untuk menghindari kebosanan kedua kelompok diadakan pertukaran posisi dan permasalahan yang berbeda-beda, yaitu kelompok pro berubah menjadi kelompok kontra dan begitu juga sebaliknya.
Dalam pelaksanaan model pembelajaran debat ini sangat diperlukan seorang pembimbing untuk mengendalikan keadaan kelas, karena apabila sudah terjadi perdebatan setiap kelompok tidak ada yang mau mengalah dan semakin lama perdebatan akan semakin memanas sehingga kehadiran seorang pembimbing sangat diperlukan. Yang diharuskan bagi para peserta debat adalah tidak diperkenankan menggunakan kata-kata yang kasar atau tidak baik agar siswa terlatih untuk berbicara dengan baik dan teratur.

Langkah-Langkah Pembelajaran
     Langkah-langkah penerapan pembelajaran model ini yaitu pertama-tama siswa diberi tahu tentang aturan main dari model debat ini. Siswa dibagi dalam dua kelompok besar, yang terdiri dari kelompok pro dan kontra. Setelah kelompok dibagi, guru menjelaskan tentang kompetensi dasar yang akan dipelajari. Proses pembelajaranya dimulai dengan pemberian masalah berupa informasi kontroversial yang sedang hangat dibicarakan dengan memberikan ilustrasi terhadap masalah tersebut kemudian salah satu kelompok diberi kesempatan memberi tanggapan terhadap ilustrasi tersebut, setelah itu kelompok yang satunya diberi kesempatan untuk menyanggah pendapat dari kelompok yang satunya. Kegitan tersebut di ulang terus secara bergantian dan peran kelompok juga dirubah dari yang semula kelompok pro menjadi kelompok kontra dan sebaliknya juga.
Langkah-langkah pembelajaran yang dapat ditempuh dalam model pembelajaran ini misalnya sbb:
1.   Pembacaan informasi/masalah yang akan diperdebatkan.
2. Menyuruh kelompok kontra untuk menanggapi informasi tersebut, tentunya dalam bentuk sanggahan.
3. Menyuruh kelompok pro untuk menanggapi pernyataan dari kelompok kontra.
4. Kelompok kontra kembali menyanggah untuk mempertahankan pendapat mereka, dan kelompok pro pun mempertahankan pendapat mereka dengan berbagai argumen yang dimiliki.
5.  Setelah dirasa cukup, kelompok diadakan pergantian yaitu kelompok pro diubah menjadi kelompok kontra, dan sebaliknya.
6.  Pembacaan masalah lain yang harus ditanggapi oleh tiap kelompok dan seterusnya.
7. Setelah kegiatan debat selesai siswa diminta menanggapi dan mengevaluasi cara penyampaian pendapat yang diberikan oleh siswa dalam kegiatan debat tersebut.
8. Guru yang bertindak sebagai pembimbing di sini juga memberikan evaluasi terhadap kegiatan dan cara mengemukan pendapat siswa dalam kegiatan debat.
Dalam pembelajaran berbicara dengan model debat akan lebih menarik apabila pembimbing dapat menguasai emosi peserta. Dengan pembimbing mengguasai emosi peserta dia akan mudah membuat debat tersebut menjadi sangat menarik, menyenangkan, dan ramai. Selain itu dia juga dapat dengan mudah merangsang siswa untuk berpikir kritis dan spontan yang kemudian ditindaklanjuti dengan pengungkapan secara lisan yang secara langsung merangsang kemampuan berbicara anak. Dengan sering diadakanya kegiatan ini siswa akan menjadi terbiasa untuk berbicara secara terstuktur dan terkonsep dengan baik.



Demikian artikel info tentang : , semoga bermanfaat bagi kita semua.

Posting Komentar

 
Top